Monday, December 30, 2013

The Tokyo Zodiac Murders

ad+1



Buku ini terselip di rak deretan novel fiksi, dan saya langsung jatuh cinta dengan judul dan covernya, The Tokyo Zodiac Murders. Sebagai seorang desainer first impression saya adalah pada covernya yang sederhana namun tampak sadis. Background putih polos dengan judul warna merah darah, dan ada tulisan kanji yang keren seperti komik detektif Jepang, serta grafis tubuh beberapa wanita yang dipotong beberapa bagian tubuhnya, seperti kepala, tangan, kaki, dada, dan lain-lain. Simple tapi membawa pesan tentang isi novelnya. Don’t judge a book by its cover they said, namun ternyata memang buku ini sebagus covernya.

Novel best seller yang dirilis tahun 1979 oleh Soji Shimada ini ternyata sungguh brilian. Berkisah tentang pembunuhan sebuah keluarga di tahun 1936 yang menjadi misteri tak terpecahkan hingga 40 tahun lamanya, bahkan meskipun kasus ini dibuka untuk umum bagi siapapun yang bisa memecahkannnya. Kasus ini kian fenomenal karena dari tahun ke tahun tidak ada satupun yang bisa memecahkannya, bahkan publik dari berbagai penjuru sudah merilis berbagai teori namun tidak ada yang cocok dengan kasus tersebut dan tidak ada yang menemukan siapa dalang utama pembunuhan berantai ini. Di sinilah letak pemeran utama kita, Detektif Kiyoshi Mitarai dan kawannya yang setia Kazumi Ishioka sebagai sudut pandang orang pertama, yang somehow baru mengetahui keberadaan kasus ini meskipun si Mitarai adalah ahli astrologi.

Halaman awal dibuka dengan surat sang kepala keluarga, yaitu Heikichi Umezawa, yang merupakan seniman introvert yang selalu mengurung diri di studionya tak jauh dari rumah utamanya. Rumah utamanya sendiri dihuni oleh istri kedua, anak perempuan dari istri pertama, anak-anak perempuan dari istri kedua, dan keponakannya. Ia menulis sebuah plot untuk merancang sebuah makhluk sempurna kombinasi berbagai potongan tubuh anak dan keponakannya wanitanya berdasarkan penghitungan astrologi kelahiran mereka, alchemy, dan keadaan geografis Jepang. Makhluk ini ia namakan Azoth, sebagai penjelmaan wanita sempurna baik secara fisik maupun secara penghitungan astrologis. Namun twistnya adalah…….justru Heikichi yang pertama terbunuh di antara keluarganya. Ia dibunuh di studionya, padahal studio tersebut terkunci dari dalam. Selanjutnya pembunuhan berantai menimpa anak dan keponakannya. Yang menjadikan misteri ini kian kompleks, mereka dibunuh tepat sesuai penghitungan dan petunjuk di surat Heikichi. Mereka juga dikubur di tempat-tempat yang sama seperti di surat tersebut. Heikichi terbunuh dalam ruang terkunci, bagaimana sesungguhnya teknik yang digunakan untuk membunuhnya? Kemudian apakah Heikichi punya pengikut yang melanjutkan misinya setelah ia tewas? Atau mungkinkah Heikichi sebenarnya belum mati, dan si jasad di studionya somehow adalah orang yang mirip dengannya? Then if somehow he managed to stay alive, where did he put the Azoth?? Empat puluh tahun berlalu sejak peristiwa ini, beberapa saksi dan tersangka sudah tua ataupun meninggal, menjadikan kasus ini makin sulit untuk dipecahkan. Keahlian astrologi dan kejeniusan Mitarai dalam mengurai masalah demi masalah tersebut akhirnya mampu menuntun mereka dalam petualangan mencari sang pembunuh jenius.

Ada hal menarik di sini ketika sang penulis sengaja membuat surat sebelum menuju bab yang mengungkap misterinya, seolah menantang para pembaca. Saya pribadi benar-benar tidak ada bayangan atau petunjuk tentang pembunuhan itu, sampai kemudian si detektif akhirnya menemukan trik sang pembunuh. Dari sinilah terurai benang kusutnya mengenai siapa tersangkanya dan bagaimana ia membunuhnya. Saking sadisnya saya sampai merinding membaca penjelasan (dan grafisnya), karena pembunuhannya sungguh kejam namun jenius.

Membaca buku ini mau tak mau langsung mengingatkan saya pada Sherlock Holmes. Betapa tidak, si jenius namun eksentrik dan moody Mitarai sangat mirip dengan Holmes, begitu pula sidekick narator Ishioka yang mirip Dr.Watson. Jika Holmes adalah ahli forensik, maka Mitarai adalah ahli astrologi. Jika Dr.Watson adalah seorang dokter, maka Ishioka adalah seorang ilustrator. Menariknya, di salah satu bab sang penulis membawa-bawa nama Holmes dan Watson. Ishioka yang memuja dan membanding-bandingkan Mitarai dengan Holmes kontan dibantah oleh Mitarai yang kemudian menjelaskan beberapa poin mengenai ketidaksukaannya terhadap karakter Holmes.

Menurut wikipedia, novel ini pernah masuk nominasi Edogawa Rampo Award for Mystery Novels, salah satu penghargaan bergengsi tentang novel misteri di Jepang. Dan ternyata, selain novel ini adalah debut Soji Shimada, novel ini juga merupakan debut serial novel Detective Mitarai’s Casebook. Selanjutnya masih berlanjut seri-seri kasus Detektif Mitarai yang lain. If the debut novel is this brilliant, I think it’s worth it to read the rest of the series.

Nah , terakhir. ini untuk membuat kalian semua semakin penasaran :

Setelah 40 tahun tidak ada yang sanggup memecahkan misteri pembunuhan berantai di Tokyo, akhirnya Kiyoshi Mitarai berhasil mengungkapnya.
 
Kasus pembunuhan yang dikenal dengan Pembunuhan Zodiak Tokyo itu memang sangat pelik. Awalnya, ditemukan sebuah catatan dari seorang seniman edan yang sangat terobsesi dengan wanita cantik, Heikichi Umezawa. Dalam catatan itu diketahui bahwa Umezawa berharap dapat menciptakan seorang wanita sempurna dari  potongan – potongan tubuh wanita. Berdasarkan pengetahuannya tentang zodiak, ia tahu bahwa kepala manusia yang sempurna adalah kepala orang yang memiliki zodiak Aries. Dada wanita yang sempurna adalah dada wanita yang berbintang Cancer. Untuk perut yang sempurna, wanita berbintang Virgolah yang memilikinya. Wanita berbintang Scorpio memiliki pinggul yang paling baik. Sedangkan untuk paha wanita yang sempurna didapat dari wanita berbintang Sagitarius. Dan untuk kaki yang sempurna, wanita Aquarius yang memilikinya.
 
Suatu kebetulan yang aneh jika ternyata wanita – wanita dengan bintang yang dibutuhkan untuk menciptakan wanita sempurna itu, ternyata berada di sekeliling Umezawa; anak – anaknya dan dua keponakannya. Meskipun mereka anak – anak dan keponakan sendiri, Umezawa telah berniat untuk membunuh mereka dengan racun lalu memutilasi tubuh mereka untuk digabungkan menjadi satu perempuan sempurna. Perempuan yang akan diberi nama Azoth (A to Z, kreasi tertinggi. Saya baru tahu dari novel ini makna nama dari mobil ATOZ).
 
Awalnya saya mengira bahwa pembunuhan oleh Umezawa inilah yang telah mempecundangi Polisi selama empat puluh tahun. Tapi saya salah. Ternyata, sebelum sempat membunuh putri – putrinya itu, Umezawa telah terbunuh di studionya sendiri. Ketika menyelidiki kasus pembunuhan Umezawa itulah polisi menemukan catatan Umezawa yang berisi rencananya untuk menciptakan Azoth.
 
Kasus pembunuhan Umezawa sendiri merupakan kasus yang teramat rumit karena Umezawa dibunuh di studionya yang terkunci rapat dari dalam. Dan kasus ini semakin bertambah pelik ketika hanya beberapa saat setelah pembunuhan Umezawa, anak – anak dan keponakannya pun terbunuh persis seperti yang tertulis dalam catatannya. Siapakah pembunuhnya? Lalu apa motif dari pembunuhan sadis yang telah mempermalukan Kepolisian Jepang selama empat puluh tahun itu?
 
 
 
*review ini di tulis untuk Annida Khoirunnisa ^^

0 comments:

Post a Comment

Home Baak Gunadarma Studentsite Gunadarma Situs Jurusan SI About
Copyright © 2014 All 'Bout SoftSkill | All Rights Reserved. Design By Blogger Templates