Buku ini terselip di rak deretan novel fiksi, dan saya langsung jatuh
cinta dengan judul dan covernya, The Tokyo Zodiac Murders. Sebagai
seorang desainer first impression saya adalah pada covernya yang sederhana namun tampak sadis. Background
putih polos dengan judul warna merah darah, dan ada tulisan kanji yang
keren seperti komik detektif Jepang, serta grafis tubuh beberapa wanita
yang dipotong beberapa bagian tubuhnya, seperti kepala, tangan, kaki,
dada, dan lain-lain. Simple tapi membawa pesan tentang isi novelnya. Don’t judge a book by its cover they said, namun ternyata memang buku ini sebagus covernya.
Novel best seller yang dirilis tahun 1979 oleh Soji Shimada
ini ternyata sungguh brilian. Berkisah tentang pembunuhan sebuah
keluarga di tahun 1936 yang menjadi misteri tak terpecahkan hingga 40
tahun lamanya, bahkan meskipun kasus ini dibuka untuk umum bagi siapapun
yang bisa memecahkannnya. Kasus ini kian fenomenal karena dari tahun ke
tahun tidak ada satupun yang bisa memecahkannya, bahkan publik dari
berbagai penjuru sudah merilis berbagai teori namun tidak ada yang cocok
dengan kasus tersebut dan tidak ada yang menemukan siapa dalang utama
pembunuhan berantai ini. Di sinilah letak pemeran utama kita, Detektif
Kiyoshi Mitarai dan kawannya yang setia Kazumi Ishioka sebagai sudut
pandang orang pertama, yang somehow baru mengetahui keberadaan kasus ini
meskipun si Mitarai adalah ahli astrologi.
Halaman awal dibuka dengan surat sang kepala keluarga, yaitu Heikichi
Umezawa, yang merupakan seniman introvert yang selalu mengurung diri di
studionya tak jauh dari rumah utamanya. Rumah utamanya sendiri dihuni
oleh istri kedua, anak perempuan dari istri pertama, anak-anak perempuan
dari istri kedua, dan keponakannya. Ia menulis sebuah plot untuk
merancang sebuah makhluk sempurna kombinasi berbagai potongan tubuh anak
dan keponakannya wanitanya berdasarkan penghitungan astrologi kelahiran
mereka, alchemy, dan keadaan geografis Jepang. Makhluk ini ia namakan
Azoth, sebagai penjelmaan wanita sempurna baik secara fisik maupun
secara penghitungan astrologis. Namun twistnya adalah…….justru Heikichi
yang pertama terbunuh di antara keluarganya. Ia dibunuh di studionya,
padahal studio tersebut terkunci dari dalam. Selanjutnya pembunuhan
berantai menimpa anak dan keponakannya. Yang menjadikan misteri ini kian
kompleks, mereka dibunuh tepat sesuai penghitungan dan petunjuk di
surat Heikichi. Mereka juga dikubur di tempat-tempat yang sama seperti
di surat tersebut. Heikichi terbunuh dalam ruang terkunci, bagaimana
sesungguhnya teknik yang digunakan untuk membunuhnya? Kemudian apakah
Heikichi punya pengikut yang melanjutkan misinya setelah ia tewas? Atau
mungkinkah Heikichi sebenarnya belum mati, dan si jasad di studionya
somehow adalah orang yang mirip dengannya? Then if somehow he managed to stay alive, where did he put the Azoth??
Empat puluh tahun berlalu sejak peristiwa ini, beberapa saksi dan
tersangka sudah tua ataupun meninggal, menjadikan kasus ini makin sulit
untuk dipecahkan. Keahlian astrologi dan kejeniusan Mitarai dalam
mengurai masalah demi masalah tersebut akhirnya mampu menuntun mereka
dalam petualangan mencari sang pembunuh jenius.
Ada hal menarik di sini ketika sang penulis sengaja membuat surat
sebelum menuju bab yang mengungkap misterinya, seolah menantang para
pembaca. Saya pribadi benar-benar tidak ada bayangan atau petunjuk
tentang pembunuhan itu, sampai kemudian si detektif akhirnya menemukan
trik sang pembunuh. Dari sinilah terurai benang kusutnya mengenai siapa
tersangkanya dan bagaimana ia membunuhnya. Saking sadisnya saya sampai
merinding membaca penjelasan (dan grafisnya), karena pembunuhannya
sungguh kejam namun jenius.
Membaca buku ini mau tak mau langsung mengingatkan saya pada Sherlock Holmes. Betapa tidak, si jenius namun eksentrik dan moody Mitarai sangat mirip dengan Holmes, begitu pula sidekick
narator Ishioka yang mirip Dr.Watson. Jika Holmes adalah ahli forensik,
maka Mitarai adalah ahli astrologi. Jika Dr.Watson adalah seorang
dokter, maka Ishioka adalah seorang ilustrator. Menariknya, di salah
satu bab sang penulis membawa-bawa nama Holmes dan Watson. Ishioka yang
memuja dan membanding-bandingkan Mitarai dengan Holmes kontan dibantah
oleh Mitarai yang kemudian menjelaskan beberapa poin mengenai
ketidaksukaannya terhadap karakter Holmes.
Menurut wikipedia, novel ini pernah masuk nominasi Edogawa Rampo
Award for Mystery Novels, salah satu penghargaan bergengsi tentang novel
misteri di Jepang. Dan ternyata, selain novel ini adalah debut Soji
Shimada, novel ini juga merupakan debut serial novel Detective Mitarai’s
Casebook. Selanjutnya masih berlanjut seri-seri kasus Detektif Mitarai
yang lain. If the debut novel is this brilliant, I think it’s worth it to read the rest of the series.
Nah , terakhir. ini untuk membuat kalian semua semakin penasaran :
Setelah 40 tahun
tidak ada yang sanggup memecahkan misteri pembunuhan berantai di Tokyo,
akhirnya Kiyoshi Mitarai berhasil mengungkapnya.
Kasus pembunuhan
yang dikenal dengan Pembunuhan Zodiak Tokyo itu memang sangat pelik. Awalnya,
ditemukan sebuah catatan dari seorang seniman edan yang sangat terobsesi dengan
wanita cantik, Heikichi Umezawa. Dalam catatan itu diketahui bahwa Umezawa berharap
dapat menciptakan seorang wanita sempurna dari
potongan – potongan tubuh wanita. Berdasarkan pengetahuannya tentang zodiak,
ia tahu bahwa kepala manusia yang sempurna adalah kepala orang yang memiliki zodiak
Aries. Dada wanita yang sempurna adalah dada wanita yang berbintang Cancer. Untuk
perut yang sempurna, wanita berbintang Virgolah yang memilikinya. Wanita berbintang
Scorpio memiliki pinggul yang paling baik. Sedangkan untuk paha wanita yang
sempurna didapat dari wanita berbintang Sagitarius. Dan untuk kaki yang
sempurna, wanita Aquarius yang memilikinya.
Suatu kebetulan
yang aneh jika ternyata wanita – wanita dengan bintang yang dibutuhkan untuk
menciptakan wanita sempurna itu, ternyata berada di sekeliling Umezawa; anak –
anaknya dan dua keponakannya. Meskipun mereka anak – anak dan keponakan
sendiri, Umezawa telah berniat untuk membunuh mereka dengan racun lalu
memutilasi tubuh mereka untuk digabungkan menjadi satu perempuan sempurna. Perempuan
yang akan diberi nama Azoth (A to Z, kreasi tertinggi. Saya baru tahu dari novel
ini makna nama dari mobil ATOZ).
Awalnya saya
mengira bahwa pembunuhan oleh Umezawa inilah yang telah mempecundangi Polisi
selama empat puluh tahun. Tapi saya salah. Ternyata, sebelum sempat membunuh putri
– putrinya itu, Umezawa telah terbunuh di studionya sendiri. Ketika menyelidiki
kasus pembunuhan Umezawa itulah polisi menemukan catatan Umezawa yang berisi
rencananya untuk menciptakan Azoth.
Kasus pembunuhan
Umezawa sendiri merupakan kasus yang teramat rumit karena Umezawa dibunuh di
studionya yang terkunci rapat dari dalam. Dan kasus ini semakin bertambah pelik
ketika hanya beberapa saat setelah pembunuhan Umezawa, anak – anak dan
keponakannya pun terbunuh persis seperti yang tertulis dalam catatannya. Siapakah
pembunuhnya? Lalu apa motif dari pembunuhan sadis yang telah mempermalukan Kepolisian
Jepang selama empat puluh tahun itu?
*review ini di tulis untuk Annida Khoirunnisa ^^
0 comments:
Post a Comment